Falsafah aikido adalah keseimbangan tenaga dan semangat atau roh. Ai berarti penyelarasan, integrasi, atau harmoni. Ki adalah pusat tenaga kehidupan dan spirit. Do berarti "jalan untuk membentuk keseimbangan antara fisik dan rohani atau pikiran".
Dasar gerakan aikido adalah pola sirkuler, yaitu lingkaran, konvergensi, atau pertemuan pada satu titik. Dalam mempelajari aikido, kita akan belajar tanpa mengenal batas karena tidak ada peringkat dalam ilmu bela diri ini. Yang ada hanyalah belajar menguasai waza atau teknik.
Meskipun memberlakukan tingkat Kyu dan Dan, aikido tidak selamanya menjamin seseorang lebih baik atau sebaliknya. Yang menjadi barometer adalah sampai seberapa jauh aikidoka atau praktisi aikido yang bersangkutan menguasai tekniknya.
Ada semacam tradisi dalam aikido, baik siswa tingkat kyu maupun dan selalu duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Artinya, semua teknik akan sama-sama dipelajari, baik di tingkat kyu maupun di tingkat dan.
Yang membedakan, barangkali, semakin tinggi tingkatannya, aikidoka mempunyai penguasaan teknik yang lebih baik. Sebab, diukur dari senioritasnya, tingkat yang lebih tinggi pasti lebih lama belajar dari pada tingkat di bawahnya.
Dalam pelatihan, sensei (guru) bertindak sebagai pembimbing. Dasar yang ditanamkan adalah ketekunan berlatih yang luar biasa - tidak ada motivasi untuk mengalahkan lawan. Karena itu aikido tidak pernah dipertandingkan, khususnya di Indonesia . Konon, di Jepang sekalipun, tak pernah ada semacam kompetisi aikido, kecuali embukai atau peragaan ilmu bela diri ini.
Aikido tidak mengajarkan teknik menyerang. Inilah bentuk bela diri yang defensif, yang lebih mengutamakan keindahan gerak. Tapi jangan dikira aikido tidak dapat dipergunakan secara keras. Lihat saja film-film Steven Seagal. Barangkali di situ ada keinginan menunjukkan bagaimana aikido dipergunakan sebagai bentuk beladiri yang keras.
Meski begitu, salah satu falsafah aikido adalah "aikidoka dan musuhnya sama-sama selamat". Memang, aikido merupakan seni bela diri yang bertujuan menjauhkan atau membuang kekerasan. Karena itu, aikido lebih mengutamakan penyelesaian "perkelahian" secara cepat.
Dalam praktek pelatihannya, ada empat pokok dasar waza, yaitu tachiwaza (teknik posisi sama-sama berdiri), suwariwaza (sama-sama duduk), hanmihamdachi (duduk melawan berdiri), dan kaeshiwaza (melakukan teknik dengan membuka serangan).
Inti aikido yang sebenarnya adalah "menguasai" spirit atau rohnya. Memahami spirit aikido sama sulitnya dengan menangkap air - bisa dirasakan tapi tak dapat digenggam. Perlu waktu sangat panjang, bahkan seumur hidup, untuk menguasainya. Karena itu, orang yang mempelajarinya tidak pernah mengenal batas akhir.
Ini adalah sikap kerendahan hati - karena pencarian hakikat aikido yang sebenarnya bukan diukur dengan tingkat. Tingkatan setinggi apapun masih merupakan bagian kulit luar dari tujuan aikido yang sebenarnya. Aikido mendidik manusia agar memahami kehidupan, diri sendiri, orang lain, dan alam semesta, dengan cinta kasih. Dengan kata lain, kehidupan ini patut dijaga dan dipelihara.
Karena itu, kepada praktisi aikido diajarkan dan ditekankan untuk tidak membunuh penjahat. Itulah falsafahnya. teknik-tekniknya merupakan netralisasi segala bentuk serangan, sekalipun serangan yang berbahaya.
Aditya Nur Johansyah
0 komentar:
Posting Komentar